🐕 Cerita Yong Dolah Naik Haji
Text] Cerita lucu Yong dolah BENGKALIS RIAU Part #1; If this is your first visit, be sure to check out the FAQ by clicking the link above. You may have to register before you can post: click the register link above to proceed. To start viewing messages, select the forum that you want to visit from the selection below.
YONGDOLAH MAKAN DI RESTORAN MEWAH DI INGGRIS Yong melancong ke Inggris Yong caghi umah makan paleng beso.. Paleng mahal Nak makan sedap.. Masok restoran yong langsong disambot pelayan dan dikasi buku menu Tapi yong bingong nak mileh menu.. CERITA 5. Yong Dolah melancong ke Inggris (BAGIAN II) Yong dapat penghargaan GUINESS BOOK
Sampaisekarang, masih banyak yang tak menyangka GTT bisa naik haji. "Teman-teman saya di grup WA GTT sangat bersyukur, seorang GTT seperti saya bisa naik haji. Rekan-rekan di sekolah yang PNS juga salut atas keberangkatan saya ini karena banyak yang meskipun sudah PNS tapi daftar saja belum," tuturnya. Memang, haji adalah murni panggilan Ilahi.
CERITA4 YONG DOLAH MAKAN DI RESTORAN MEWAH DI INGGRIS Yong melancong ke Inggris Yong caghi umah makan paleng beso.. Paleng mahal Nak makan sedap.. Masok restoran yong langsong disambot pelayan dan dikasi buku menu Tapi yong bingong nak mileh menu.. Pergilah yong naik haji samo rombongan dari bengkales Sampai kat mekah, yong ni
Suatuhari yong pegi kebengkalis naik sepeda unte..(sepeda apek2),besiiuol konon yong nii kaedahnye.yong pegi sorang aje, minah,Kalau dia ikot kemaren tuBiseng,Macam2 pulak mintaknyeeee.
KUMPULANCERITA YONG DOLAH .,,,DI CERITAKAN KEMBALI OLEH YULI PANDI PUTRA MELAYU DARI SUNGAI PAKNING KAB. BENGKALIS FOTO PENULIS DAN KELUARGA Yong langsong tiru caro bule tadi, yong panggel pelayan, dan tunjok mejo yong, yong cakap: "MORE" Baru 3 menet Pelayan pon datang
TAMPILKAN14 CERITA GHN Gelar Pameran Komik Yong Dolah selama Sebulan. Pekanbaru | Senin, 24 Februari 2020 - 09:20 WIB
Abestu yong keker ke arah bandara simpang tiga.. alamak,.. pesawat dah nak take off--- ahkk dah terbang pulak yong lompat ke atas.. tinggi betol pesawat tu.. yong teriak ke pilot singgah sini aku nak ikot ke jepon.. pilot tu jawab tak bisa singgah do yong, kalau bisa singgah dari tadi aku cakap tunggu aje kak bengkales,.. peneng kepalo.., yong ambek tali rapia yong umban ke pesawat tu.. dan tersangkotlah tali rapia tu ke pesawat.. naek lah yong ke pesawat..
. Rombongan Haji tiba di Mekkah. Foto Dok. KITLVArtikel seutuhnya berasal dari Historia yang merupakan majalah sejarah online di Indonesia, ialah partner Nusantara sudah banyak yang memeluk Islam. Kesultanan Islam telah dikenal dunia. Namun, hingga dua abad setelahnya tak diketahui apakah sudah ada yang pernah naik haji ke tertulis pertama tentang orang Melayu atau Nusantara yang berhaji baru muncul pada akhir abad ke-15 M, yaitu Hang Tuah yang ceritanya dikenal sekira 1482 M.“Hang Tuah tokoh tersohor di Malaka. Ini masa akhir kehidupan Malaka sebagai kesultanan dan 30 tahun sebelum direbut Portugis pada 1511,” kata Henri Chambert-Loir, peneliti di Ecole Française d’Extrême-Orient EFEO, dalam acara Borobudur Writers Cultural and Festival ke-7, di Hotel Manohara, Magelang, Jumat 23/11. Namun, kisah Hang Tuah ini pun terbukti mendapat tambahan dalam tubuh ceritanya. Adegan ini, menurutnya, dipinjam dari teks Arab. “Ini artinya bukan orang Nusantara atau Hang Tuah yang pergi ke Makkah,” lagi, menurut Henri, catatan perjalanan naik haji berikutnya umumnya negatif. Beberapa tokoh utama menafikan manfaat naik haji. Contohnya kisah tentang dua orang sultan Malaka. Pertama, sultan yang berkali-kali ingin naik haji, tapi keburu meninggal sebelum naik haji. Sultan kedua secara gamblang menafikan ketinggian Makkah atas Malaka. Dia juga secara tersirat menafikan kesahan ibadah haji ke itu datang dari penjelajah asal Portugis, Tome Pires dalam catatannya, Suma Oriental. Sultan yang dimaksud adalah Sultan Mahmud Syah 1488-1511. “Dia begitu pongah keterlaluan dan takabur tentang ini sampai dia membanggakan diri sedemikian berkuasa hingga dapat menghancurkan bumi dan dunia memerlukan pelabuhannya sebab letaknya di ujung musim, dan Malaka akan dijadikan Makkah, dan dia tak berpegang pada pendapat ayah dan kakeknya mengenai pergi ke Makkah,” catat Pires. Suasana haji di Kakbah, Mekkah pada 18 July 1889. Foto Getty ImagesTokoh yang senada adalah Hamzah Fansuri, penyiar sufi agung dari pelabuhan Barus. Dia pernah naik haji seperti disinggungnya dalam syair Di dalam Makkah mencari tuhan di Bait al-Ka’bah/ Di Barus ke Kudus terlalu payah/ Akhirnya dapat di dalam rumah. Ini artinya, kata Henri, Hamzah Fansuri pergi ke Mekkah, menjalankan ritual haji, mencari Tuhan di dalam Masjidil Haram, tetapi merasa justru menemukan Tuhan di dalam dirinya sendiri. Bait ini, termasuk wacana yang meremehkan peran haji dalam kehidupan seorang muslim, khususnya aliran tasawuf. “Tuhan tak perlu dicari di Makkah, adanya di dalam diri sang sufi,” kataHenri. Lalu pada awal abad ke-17 M, cerita datang dari seorang ulama tersohor, Syeikh Yusuf Makassar. Dia kemudian menjadi qadi di Kesultanan Banten pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1683.Kisah ini, kata Henri, ditemukan dalam naskah Bugis, Riwakna Tuanta Salamaka ri Gowa. Syeikh Yusuf naik kapal. Di tengah pelayaran, dia berjumpa Nabi Khidir. Syeikh Yusuf dinasihati supaya tak perlu pergi ke Makkah. Kata sang nabi, tak ada yang bisa dipelajari di situ. Namun, Syeikh Yusuf tetap pergi ke Makkah. Setibanya di sana, dia melakukan berbagai keajaiban yang memperlihatkan kelebihannya atas penduduk sejarahnya, menurut Henri, tak ada satu pun raja atau sultan Indonesia naik haji kecuali Sultan Pontianak pada 1800 M. Namun dia pun bukan orang Nusantara, melainkan Arab. “Barangkali ini disebabkan karena raja-raja Indonesia tak mau mengakui kelebihan negara lain,” ucap Henri. Kendati begitu, beberapa raja, dari Baten, Mataram, dan Makasar mengirim utusan ke Makkah untuk memohon gelar sultan. Beberapa sultan juga mendirikan rumah pemondokan di Makkah dan Mina untuk calon haji dari kerajaan mereka. Sulitnya menemukan catatan perjalanan orang Nusantara pergi haji, bukan berarti tak pernah ada yang berhaji. Pasalnya, kebiasaan menulis catatan harian atau catatan perjalanan memang bukan menjadi kebiasaan orang Melayu atau Nusantara. “Menulis tentang diri sendiri bukan budaya Indonesia. Ini baru muncul pada abad ke-19 karena pengaruh Eropa,” kata Haji tiba di Tanjung Priok. Foto Dok. KITLVDengan demikian kisah orang Melayu naik haji baru muncul lama sekali setelah Islam masuk ke Nusantara. Kisahnya muncul dalam Tuhfat al-Nafis oleh Raja Ahmad, bangsawan keturunan Bugis dari Riau. Tulisannya itu dibuat pada 1860-an. Sementara dia naik haji pada 1828. “Dia tidak menyebut mau menunaikan rukun Islam, tapi membayar nazar yang diucapkannya waktu sakit,” ujar kisah haji dalam Perjalanan Saya ke Makkah karya Wiranatakusumah, yang saat itu menjabat bupati Bandung. “Salah satu kisah tentang naik haji paling menarik,” kata 40 tahun kemudian muncul semakin banyak kisah haji. Ada sembilan kisah, dari Hamka, Ali Hasjmy, Rosihan Anwar, dan Asrul Sani. Pada 1965, kisah haji terbit dalam jumlah lebih banyak lagi, sampai puluhan judul. Oman Fathurachman, filolog UIN Syarif Hidayatullah menambahkan, baik penceritaan pengalaman berhaji yang ditulis orang Nusantara maupun bangsa lain punya ciri masing-masing. “Jadi orang-orang Nusantara juga naik haji dan menuliskannya, tapi karakternya sangat berbeda,” asing, seperti Ibn Battutah menulis pengalaman perjalanan dengan kebiasaan mendeskripsikan yang dia lihat. Sementara orang Nusantara lebih menerangkan pengalaman spiritual, kondisi perjalanan haji, seperti kondisi kapal dan pengalaman rohaninya. “Itu yang menonjol. Jadi kita tidak lihat apa yang mereka lihat di sana, orang Arabnya bagaimana, dan lain-lain. Mungkin karena tak begitu paham bahasanya,” ujar Oman.
Beberapa kisah menyentuh tentang keberangkatan seorang Muslim untuk naik haji pun banyak dijumpai. Termasuk di antaranya beberapa kisah menarik di bawah ini. Dream - Tak dipungkiri, ibadah haji menjadi dambaan sebagian besar umat Islam. Selain bisa menyempurnakan rukun Islam, ibadah haji setidaknya menjadi puncak kesempurnaan hidup bagi seorang Muslim, sebelum ajal menjemput. Hal itulah yang lantas memicu banyak orang untuk giat berusaha mewujudkan mimpinya pergi ke Tanah Suci. Jika kamu terbiasa menyisihkan penghasilan untuk memiliki dana yang cukup untuk naik haji, masih banyak masyarakat lain yang kurang beruntung tidak memiliki pekerjaan tetap. Hasilnya, beberapa kisah menyentuh tentang keberangkatan seorang Muslim untuk naik haji pun banyak dijumpai. Termasuk di antaranya beberapa kisah menarik di bawah ini. Kisah Penjahit yang Berhasil Naik Haji Masih teringat kisah Sutaryono, seorang penjahit yang tekun menabung akhirnya selangkah lebih pasti menuju Tanah Suci. Kisahnya begitu menyita perhatian, lantaran kakek berusia 67 tahun tersebut hanyalah seorang penjahit biasa. Lebih harunya lagi, ia berhasil pergi beribadah ke Tanah Suci setelah 27 tahun menabung untuk naik haji. Di kalangan pelanggannya, Sutaryono lebih akrab dikenal sebagai Pakde Yono. Ia biasa menjahit di pinggir jalan di kawasan Matraman, Jakarta Timur. Bermodalkan mesin jahit yang ia beli sejak 1990, ia harus melayani pelanggannya dengan kucing-kucingan. Tempat bekerjanya memasng masuk ke dalam kawasan yang dilarang untuk menggelar lapak dagangan. Dengan upah Rp15 ribu hingga Rp30 ribu, ia mengumpulkan tabungan, hingga pada 2014 ia memantapkan diri untuk daftar naik haji. Hasilnya, ia pun bisa mendapatkan nomor antrean untuk keberangkatan haji pada 2019 nanti. Tak Sengaja Menemukan Drone, Hingga Akhirnya Naik Haji Lain cerita dengan Pakde Yono, di Turki kisah mengharukan datang dari Al Hassan Abdullah. Ia merupakan lelaki miskin dari Ghana, sebuah negara di Afrika yang juga dikenal sebagai salah satu negara miskin di dunia. Secara tidak sengaja, Hassan menemukan drone jatuh di pekarangan rumahnya. Ia merasa takjub dengan benda kecil yang bisa terbang, dan lantas berpikir sederhana, apakah drone itu mempu membawanya ke Tanah Suci? Siapa sangka, keinginan Abdullah saat menemukan drone tersebut direkam, dan berhasil viral. Beruntungnya, foto dan ucapan Abdullah yang viral di media sosial tersebut akhirnya sampai ke TRT World, media Turki pemilik drone tersebut. Sampai akhirnya kabar viral ini dilihat oleh Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu. Ia pun memanggil Abdullah ke Istanbul, dan menerbangkannya ke Tanah Suci untuk beribadah haji. Bisa jadi kesempatan seperti Abdullah hanyalah 1 dari 1000 keberuntungan, tapi kamu masih bisa meniru semangat juang Pakde Yono. Buka saja dulu tabungan haji di CIMB Niaga Syariah. Tabungan tersebut menyediakan Kartu Debit Haji dan Umrah. Menariknya ada banyak sekali keuntungan yang diberikan. Dari bebas tarik tunai di ATM Al Rajhi di Arab Saudi yang dilengkapi fitur Bahasa Indonesia, juga jaringan ATM CIMB Group, Mastercard & MEPS, juga ATM Bersama/Prima di seluruh dunia. Di samping itu, Kartu Debit Haji dan Umrah CIMB NIaga Syariah memiliki nilai tukar terbaik, dengan diskon untuk belanja lebih hemat sepanjang tahun. Apalagi kehadiran teknologi chip dan PIN, berserta fitur 3D Secure Online Shopping, membuat kartu debet tersebut lebih aman dan nyaman digunakan untuk bertransaksi, seperti belanja oleh-oleh di Tanah Suci. Terakhir, jika kamu memiliki pertanyaan seputar haji dan umrah, kirimkan dengan mengisi formulir ForwardSpiritualJourney di sini. Sebuah tabungan iB pahala haji senilai Rp25 juta atau satu nomor porsi haji bisa kamu dapatkan jika terpilih menjadi penanya yang beruntung. Siapa tahu keberuntungan ini akan menjadikanmu kisah Abdullah berikutnya?
Jakarta Sebagian kaum muslim sangat merindukan bisa menunaikan ibadah haji. Bukan sekadar memenuhi kewajiban, bagi mereka ibadah haji adalah jawaban atas panggilan spiritual. Masalahnya, menunaikan ibadah haji atau yang populer disebut naik haji tidak bisa sewaktu-waktu. Selain ada momen khusus, naik haji ke Tanah Suci di Arab Saudi butuh biaya yang tidak sedikit seiring lokasinya yang jauh. 3 Daerah Asal Calon Haji Indonesia Terdampar di Filipina Umur 146 Tahun Masih Hidup, Mbah Gotho Sragen Ingin Mati Suwito Naik Haji Bareng 3 Istri Mereka yang tidak punya materi berlebih harus menabung. Tahun ini ada sejumlah calon haji dari berbagai daerah di Indonesia yang kisahnya menggetarkan. Mereka contoh orang-orang yang berjuang keras menabung dalam waktu lama untuk bisa berhaji. Mereka bukan orang kaya dari sisi materi, tapi kaya hati. Profesinya beragam, dari tukang parkir, tukang becak, buruh tani, juga penjahit rumahan. Untuk memenuhi panggilan ke Tanah Suci mereka pun telaten menabung. Tentu butuh waktu tidak sebentar agar bisa terkumpul biaya haji. Mereka menabung belasan tahun, bahkan ada yang menabung sejak era perang melawan Belanda. Calon haji dengan perjuangan panjang ini ada Kakek Ambari dari Cirebon, Karsim si tukang becak dari Subang, Jawa Barat, Marsini penjahit Tegal, dan Bardi tukang parkir di Yogyakarta. Penantian panjang mereka terjawab tahun ini. Kerinduan pun Ambari Menabung Sejak Zaman PerangKakek Ambari bin Ahmad 90 mengucap syukur atas kesempatannya berangkat ke Tanah Suci untuk ibadah haji tahun ini. Tubuhnya yang sudah renta tidak mematahkan niat warga Kelurahan Pelandakan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat ini untuk menunaikan ibadah haji. Keinginannya untuk berangkat ke Tanah Suci itu tertanam sejak kakek Ambari berusia 30 tahun. "Saya buat celengan dari kaleng biskuit lalu saya patri sendiri. Hasil dari panen saya masukan ke celengan, berapa pun hasilnya, mau satu sen atau satu ketip," kata buruh tani itu kepada di Cirebon, Kamis 4 Agustus 2016. Di sela perbincangan, kakek yang berprofesi sebagai buruh tani ini mencoba mengingat kembali perjalanan hidupnya mengumpulkan segala mata uang rupiah sejak zaman Presiden Sukarno. Dia menuturkan, niatnya berangkat haji termotivasi oleh ayahnya, Ahmad, yang menunaikan ibadah haji saat itu. Dari motivasinya itu, dia mulai menabung di celengan sejak 1949. Suka dukanya menabung di celengan saat itu masih diingatnya. "Sambil ikut berperang, saya juga menyempatkan diri menabung. Kalau ada penjajah Belanda, celengan saya pendam di tanah lalu saya kabur sebentar, lalu malamnya saya ambil lagi," ucap dia. Keikhlasan hati Kakek Ambari ini rupanya membuka jalannya ke Mekah. Seiring berjalannya waktu, dia pun menukarkan koin logam hasil celengannya ke toko loak atau kolektor. "Uang yang saya tabung kan sudah tidak laku di zaman sekarang, jadi saya jual ke kolektor atau ke pasar loak, dibayar dengan rupiah, kemudian saya tabung lagi. Sampai terkumpul Rp 35 juta, saya bayarkan biaya haji juga tunai dan baru tahun ini saya berangkat," ujar Parkir Naik Haji Setelah Menabung 30 TahunBardi Syafii 53 sudah lama memendam niat menunaikan ibadah haji. Bersama sang istri, Rumiyati 49, sejak 1985 ia membulatkan tekad berangkat ke Tanah Suci. Untuk itu, keduanya bekerja keras dan menyisihkan uang khusus. "Saya buka lapak jualan koran dan rokok di Mangkubumi. Dulu saya sisihkan Rp 500-Rp sedikit demi sedikit," ujar Bardi di Yogyakarta, Selasa, 2 Agustus 2016. Ia membuka lapak dari pagi sampai malam hari. Bardi pun membedakan uang yang ditabung untuk haji dan nafkah keluarga. Ia juga ingat untuk membiayai sekolah dua anaknya. "Tabungan ini di luar uang biaya sekolah anak. Anak-anak harus tetap sekolah, demi masa depan mereka," ujar dia. Adapun istrinya, Rumiyati membuka warung lotek di Jalan Mangkubumi untuk menambah tabungan pergi haji. Kerja keras pasangan itu tak selamanya mendapat dukungan oleh teman-temannya. "Ya ada ditanya, kamu dan istrimu kerja siang malam uangnya itu mau buat apa? Saya jawab mau naik haji, eh malah mereka tertawa, tetapi itu jadi pelecut semangat," kata Bardi. Untuk menambah uang tabungannya, mulai 2001 Bardi menjadi tukang parkir di kawasan Jalan Mangkubumi Kota Yogyakarta. Dari usaha ini, ia bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp per hari. Setiap usai menjaga parkir, ia bisa menabung Rp sampai Rp "Tidak nabung di bank, tapi uang saya simpan di kaleng," kata Bardi. Bardi menegaskan niat pergi haji memang harus dijaga benar jika ingin pergi haji. Pada 2005, ia mengingkari janjinya dengan menggunakan uang tabungan naik haji untuk bisnis properti. Bukan untung, ia malah merugi karena tanah yang dibelinya bermasalah. "Uang saya ambil Rp 40 juta. Maunya diputarkan, tapi mungkin karena sudah mengingkari janji malah jatuh rugi. Janji awalkan gunakan tabungan itu untuk naik haji malah saya gunakan bisnis," kata dia. Pengalaman itu membuat Bardi dan istrinya kembali membulatkan tekadnya seperti semula. Ia pun kembali bekerja lebih keras seraya berdoa agar diberikan kelancaran rezeki. "Niat saya kalau uang sudah terkumpul lagi, saya akan mendaftar naik haji setelah kedua anak saya lulus kuliah dan bekerja," kedua putranya lulus kuliah dari Universitas Islam Indonesia UII dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk jenjang S1. Mereka juga telah mendapatkan pekerjaan. Ia pun akhirnya sudah mendaftar haji enam tahun lalu dan berangkat tahun Rumahan Wujudkan Mimpi Ibunda BerhajiMarsini 45, warga Kejambon, Kota Tegal, Jateng, kini bisa bernafas lega. Setelah menabung selama 23 tahun lamanya, ia akan berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji pada tahun ini. Tak hanya itu, ia bahkan mengajak serta ibu kandungnya yang sudah berusia 83 tahun menunaikan ibadah haji bersama untuk menjalankan rukun Islam kelima itu. Ia mengatakan, ketekunannya menjahit sejak masih gadis dan menyisihkan sejumlah uang setiap bulan untuk menabung biaya berhaji kini membuatkan hasil. "Sudah sejak tahun 1993 lalu saya sudah mulai menekuni usaha jahit rumahan. Alhamdullilah, usaha keras puluhan tahun lalu sebentar lagi saya dan ibu kandung saya, Rastini, bisa mendapatkan kesempatan berkunjung ke rumah Allah SWT," ucap Marsini saat ditemui di kediamannya, Selasa 16 Agustus 2016. "Sepuluh tahun pertama saya menjadi penjahit rumahan, hasilnya hanya cukup untuk menutup utang dan memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Tapi saya bersyukur, setelah utang-utang saya lunas akhirnya uang sebesar Rp 1 juta setiap bulan sekali ditabung sudah terkumpul bisa membiayai saya berangkat haji," ucap perempuan beranak tiga ini. Dari hasil menjahit, Marsini dapat memperoleh uang lebih dari Rp 2 juta setiap bulannya. Namun, keuntungan lebih besar didapatkan saat memasuki tahun ajaran baru dan musim hajatan. "Sebagian uang hasil menjahit sengaja saya tabung untuk biaya berhaji sama ibu kandung," tutur dia. Karena usia ibu kandungnya yang sudah tua, Marsini mendaftarkan ibunya terlebih dahulu untuk berangkat haji pada 2011 lalu. Kemudian, ia bersama suaminya mendaftar haji pada 2013. Saat pemberangkatan haji tahun ini, kantor Kementerian Agama setempat menunjuk Marsini sebagai pendamping ibu kandung karena usia ibunya yang sudah lanjut. Karena itu, ia dan sang ibu bisa berangkat haji bersama. Sementara, suami Marsini harus menunggu daftar antrean keberangkatan haji dari kantor Kementerian Agama Kota Tegal. "Meskipun tidak bersama suami, saya sangat bersyukur mewujudkan keinginan ibu kandung saya berhaji. Apalagi, saya bisa bersama menemani dan menjaga ibu untuk menunaikan ibadah haji. Mimpi saya sebentar lagi terwujud, sebagai anak saya berusaha memenuhi keinginan orangtua saya yang tinggal satu-satunya ini," dia memaparkan. Selain itu, ungkapan rasa syukur Marsini juga lantaran bisa berangkat haji lebih cepat karena harus mendampingi sang ibu. Padahal sesuai kuota haji reguler, ia seharusnya baru bisa berangkat pada 2027. "Saya yakin kemudahan ini sudah menjadi takdir Allah SWT. Saya sudah siap berangkat menghadap Sang Pencipta," dia Becak Naik HajiKarsim, seorang pengayuh becak asal kampung Sidamulya, Desa Ciasem, Kecamatan Ciasem, Subang, Jawa Barat, akan berangkat ke kota suci Mekah pada musim haji tahun ini. Dia berangkat bersama istrinya, Ratimi. Keduanya akan berangkat menunaikan rukun Islam kelima pada 23 Agustus mendatang melalui embarkasi Bekasi. Karsim bisa berangkat naik haji setelah melalui proses panjang. Dia harus menyisihkan uang hasil mengayuh becak selama 15 tahun. "Setiap hari saya sebisa mungkin harus bisa menabung agar cita-cita saya dan istri terlaksana. Saya menabung per hari antara Rp 25 ribu hingga 50 ribu rupiah," kata Karsim di Subang, Selasa, 9 Agustus 2016. Sebelum terlaksana bisa membayar pembiayaan naik haji. Kekhawatiran kerap dirasakan Karsim dan istri. Sebab penghasilannya yang tidak menentu dan tidak setiap hari dia bisa mendapatkan uang dengan hitungan yang besar. "Ya begitu, kalau dapat uang lebih besar 75 persennya saya masukan ke tabungan," ujar Karsim. Saat ini setelah cita-cita hampir terlaksana untuk menjalankan ibadah haji, Karsim dan Ratimi semakin tidak sabar. Dia mengaku ingin segera untuk menjadi tamu Allah di Baitullah.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
cerita yong dolah naik haji